Tapaktuan - Aceh Nasional News
Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Aceh bekerja sama dengan DKP Aceh Selatan menggelar Bimbingan Tehnik (Bintek) perlindungan dan penangkaran penyu, bertempat di Aula Hotel Dian Rana, Jalan Teuku Cut Ali Tapaktuan, Rabu (19/9/2018).
Acara dibuka oleh Kepala DKP Aceh Selatan, Ir Teuku Masrul yang diwakili Kepala Bidang Perikanan Tangkap, Hadi Suhaima S.Pi M.Si. Dihadiri oleh Kepala Seksi Konservasi Perikanan, DR Farouk Afero yang mewakili Kepala DKP Aceh Cut Yusmainar A.Pi M.Si.
Peserta terdiri dari Panglima Laot, Lhok Rukam Tapaktuan Tourist Association (LTTA), Lembaga Perairan Bahari (PARI), Tapaktuan Deving Club (TDC), Penyu Kuala Wangi (PKW), dan perwakilan Stasion Penangkaran Penyu Rantau Sialang (TNGL Wilayah I Tapaktuan).
Kegiatan tersebut dibimbing (traener) oleh Arie Muhardi SKH M.Si, Pusat Kajian Satwa Liar (PKSL) FKH Unsyiah Banda Aceh, dan Muniardi dari Kelompok Masyarakat Pegiat Penyu Aroen Meubanja Panga, Kabupaten Aceh Jaya.
Kabid Perikanan Tangkap DKP Aceh Selatan Hadi Suhaima saat membuka kegiatan, mengharapkan kepada peserta bintek ini agar dapat mengsosialisasikan kepada masyarakat untuk tidak menggangu habitat penyu.
"Baik mengambil telor, maupun menjual telornya. Agar penyu di pesisir Aceh Selatan tetap lestari dan berkembang biak," harapnya.
Ia juga berharap khususnya kepada pegiat penyu seperti LTTA, PARI, TDC, PKW, dan Stasion Penangkaran Penyu Rantau Sialang agar dapat bersinergi dengan pemkab Aceh Selatan dan pemrov Aceh, serta pihaknya lainya dalam pelestarian penyu ini.
Dalam pemaparannya, Muniardi menyampaikan tentang cara pengembangan kelompok masyarakat untuk konservasi di Aceh Selatan. Hal itu berdasarkan pengalamannya saat merintis penangkaran penyu di Aceh Jaya, sejak tahun 2012 hingga sekarang.
Menurutnya, di pesisir Kecamatan Panga, Aceh Jaya ada beberapa jenis penyu yang perlu dilestarikan. Untuk menghindari ancaman hilangnya populasi penyu di wilayah pesisir itu, maka dibuat Qanun Mukim Panga Pasie No. 1 Tahun 2016.
Saat ini ada dua jenis penyu ( lekang dan belimbing) yang ditemukan. Dari awalnya pada tahun 2012 ditemukan 51 ekor, pada tahun 2013 bertambah menjadi 234 ekor dengan dua sarang bertelur. Jumlah sarang penyu ini kian meningkat pada tahun 2014 sebanyak 25 sarang.
Hingga pada tahun 2016, Kelompok Masyarakat Pegiat Penyu Aroen Meubanja) Panga, Aceh Jaya mendapat bantuan dana dengan adopsi pemberdayaan ekonomi dari Bank BCA.
"Sekarang, penyu yang mendarat sudah semakin banyak sekitar 600 ekor," paparnya, seraya mengajak kelompok masyarakat di Aceh Selatan agar terus menekuni pelestarian dan penangkaran penyu di kawasan pesisir.
Sementara itu, Arie Muhardi diantara menyampaikan tentang teknis perlindungan dan penangkapan penyu kepada para peserta bintek. Ia juga menjelaskan, bahwa saat ini jenis penyu di dunia berjumlah 6 jenis.
Yakni penyu hijau, penyu pipih, penyu lekang, penyu sisik, penyu belimbing, dan penyu jambangan. Dari 6 jenis tersebut, hanya 2 jenis penyu yang ditemukan di pesisir Aceh, seperti jenis penyu lekang dan penyu belimbing.
"Sedangkan, jenis penyu sisik saat ini sulit ditemukan atau sudah langka. Hilangnya populasi penyu langka ini disebabkan beberapa paktor, akibat penyakit, diburu untuk diperjual belikan, maupun mati akibat masuk jaring," tuturnya.
Kegiatan bintek yang dimulai pukul 08.30 WIB dan berakhir pukul 16.30 WIB itu, para peserta selain mendengar bimbingan dari traener, juga melakukan praktek langsung di pantai yang terletak di komplek Hotel Dian Rana. Praktek langsung cara menggali lobang tempat telur penyu yang benar itu dibimbing oleh Murniadi.