Banda Aceh – Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Aceh, Achris Sarwani mengatakan selama 10 tahun terakhir ini perekonomian Aceh rata-rata tumbuh 2,6%, yang memang berarti rata-rata di bawah seluruh pertumbuhan ekonomi Sumatera yang sekitar 3,50 persen.
“Jadi itu merupakan konsen kita karena kita memang masih sangat tergantung pada sektor yang primer sektor pertanian sektor perikanan yang menyumbang cukup besar,”kata Achris Sarwani kepada wartawan di kawasan Taman Sari Banda Aceh, Senin 16 Januari 2023.
Namun nilai tambah kedua sektor tadi, yang tidak terlalu besar dari waktu ke waktu. Itu sebabnya persoalan tersebut menjadi “PR” untuk bisa memberikan nilai tambah yang lebih besar yaitu melalui industri pengolahan dan potensi itu sangat bisa dilakukan di Aceh.
Achris menjelaskan, jika merujuk dari data 10 tahun terakhir terkait dengan defisit neraca perdagangan atau ekspor Aceh kepada luar Aceh itu juga menunjukkan selalu defisit lebih banyak membeli dari pada menjual.
“Produk -produk Aceh keluar itu dari angka sekitar 15 triliun 10 tahun lalu, diakhir-akhir ini sudah menjadi 45 Triliun pertahunnya,”kata dia.
Oleh sebab itu, semua pihak harus berupaya penyebab kurang memiliki produksi sendiri yang bisa kita konsumsi di sini sendiri.
Dimana Aceh memiliki Produk-produk pertanian seperti contoh bawang merah kemudian cabe merah.
“Alhamdulillah ikan kita juga seperti itu bisa kita lakukan. Namun ada juga yang harus diolah sebagai contoh adalah gula kita punya potensi untuk gula,”ujarnya.
Begitupun di tanah rencong juga memiliki potensi untuk pabrik minyak goreng. Bahkan ayam petelur.
“Mudah-mudahan itu saya yakin kita sudah memiliki semangat yang sama tahun kemarin kita udah buktikan kita bersama-sama survive dengan covid kita kolaborasi yang luar biasa survei bagaimana inflasi Aceh dari yang biasanya lebih 2% di atas nasional sekarang menjadi hanya 0,4 sampai 0,5% dari tingkat inflasi nasional ini menunjukkan bahwa kita mampu
apabila kita berkolaborasi,”ungkapnya.
Sumber LENSAPOST.NET