Banda Aceh - ANN
06/08/20 Kanwil Bea Cukai Aceh dan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai (KPPBC) Kuala Langsa berhasil memfasilitasi kegiatan ekspor perdana PT Sultana Biomas Indonesia melalui Pelabuhan Kuala Langsa di Provinsi Aceh pada Kamis (06/08). Komoditi ekspor berupa cangkang kelapa sawit sebanyak 7.060 Metrik Ton (MT) ini diekspor dengan menggunakan Kapal MV AMP Princess dengan tujuan Pelabuhan Tomakomai - Jepang.
Atas ekspor komoditi ini, potensi penerimaan negara dari sektor Bea Keluar (BK) sebanyak Rp 722 juta. Cangkang kelapa sawit merupakan produk limbah dari pengolahan pabrik kelapa sawit yang dimanfaatkan untuk bahan bakar ramah lingkungan sebagai salah satu pengganti bahan bakar batu bara. Sedangkan Bea Keluar (BK) adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang ekspor tertentu yang diatur oleh undang-undang di antaranya kelapa sawit, crude palm oil (CPO), dan produk turunannya, kulit, kayu, biji kakao, serta produk hasil pengolahan mineral logam.
Dengan adanya kegiatan ekspor cangkang kelapa sawit ini membuktikan bahwa potensi ekspor produk asal Aceh melalui pelabuhan di Aceh makin terbuka lebar. Sebelumnya, produk asal Aceh biasanya diekspor melalui pelabuhan di luar Provinsi Aceh. Pada tahun 2020, setidaknya ada tiga eksportir yang telah mengekspor komoditi yang dikenakan BK melalui pelabuhan - pelabuhan di Provinsi Aceh. Ketiga eksportir tersebut yakni PT Agritrade Cahaya Makmur, PT Sari Dumai Sejati, dan PT Sultana Biomas Indonesia yang telah mengekspor produk kelapa sawit, CPO dan produk turunannya dengan pembayaran BK masing masing sebesar Rp 990 juta, Rp 306 juta, dan Rp 722 juta.
Kegiatan ekspor melalui Pelabuhan Kuala Langsa ini diharapkan dapat menjadi pemantik pertumbuhan dan pembangunan ekonomi daerah khususnya di Kota Langsa serta umumnya di kabupaten/kota lain yang ada di Provinsi Aceh. Secara nasional, kegiatan ekspor ini sebagai salah satu wujud implementasi program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang diluncurkan oleh Pemerintah Republik Indonesia untuk memulihkan ekonomi Indonesia pasca pandemi Covid-19.
Kanwil Bea Cukai Aceh beserta lima KPPBC di Provinsi Aceh yang tersebar di Sabang, Banda Aceh, Meulaboh, Lhokseumawe, dan Kuala Langsa telah bersinergi dengan Pemprov, Pemkab, dan Pemkot serta instansi terkait untuk getol secara terus menerus menggali potensi produk lokal Aceh yang bernilai ekonomi tinggi agar dapat diekspor melalui pelabuhan di Provinsi Aceh dan bukan melalui provinsi lain. Salah satu manfaat atas ekspor melalui pelabuhan di Aceh yakni dapat memacu adanya pertumbuhan ekonomi di kabupaten/kota asal komoditi ekspor maupun di kabupaten/kota tempat pelabuhan ekspor berada. Sehingga pertumbuhan dan pembangunan ekonomi secara keseluruhan di Provinsi Aceh terus meningkat dan tingkat kemiskinan pun turut berkurang.
Pertumbuhan ekonomi di suatu daerah merupakan indikasi adanya keberhasilan dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi di Provinsi Aceh diharapkan kesejahteraan masyarakat terdongkrak menjadi lebih baik dan pendapatan per kapita masyarakat pun turut meningkat. Pembangunan ekonomi ini dinilai turut membantu upaya percepatan penurunan angka kemiskinan di Provinsi Aceh. Upaya penurunan angka kemiskinan bukanlah pekerjaan yang mudah. Proses lesson learned (pembelajaran dari hikmah kejadian sebelumnya baik yang dialami sendiri maupun pihak lain) dinilai merupakan cara yang paling efektif untuk dilakukan di Provinsi Aceh ini. Proses ini sudah sering dilakukan dan disosialisasikan kepada masyarakat di pedesaan serta pesisir. Proses tersebut memungkinkan masyarakat dapat memanfaatkan potensi komoditi ekspor yang ada di Aceh secara maksimal. Potensi tersebut dapat berupa komoditi hasil dari pertanian, peternakan, dan perikanan.
Misi Bea Cukai di antaranya memfasilitasi perdagangan dan industri serta mengoptimalkan penerimaan negara dari sektor kepabeanan dan cukai secara terus menerus mendukung pertumbuhan industri dalam negeri dan pemberian fasilitas di bidang kepabeanan dan cukai. Kanwil Bea Cukai Aceh juga terus menerus memberikan asistensi dan pengetahuan kepada masyarakat serta industri dalam negeri yang berada di Provinsi Aceh untuk memulai memasarkan atau membawa produk mereka untuk dapat diekspor melalui pelabuhan di Provinsi Aceh.