BANDA ACEH – Bunda Literasi Aceh Dyah Erti Idawati, mengatakan, keluarga menjadi fondasi awal untuk meningkatkan budaya literasi di era digitalisasi. Karena keluarga merupakan madrasah pertama yang secara langsung mampu memberikan pengaruh terhadap perilaku dalam pertumbuhan dan perkembangan sebuah generasi.
Hal itu disampaikan Dyah saat menjadi pemateri dalam seminar lokakarya literasi, yang dilaksanakan di Pustaka Wilayah Aceh, Lamnyong, Senin (27/06/2022). Dengan tema yang diusung “Meningkatkan Kemampuan Berliterasi Masyarakat Aceh di Era Globalisasi”. “Digitalisasi sesuatu yang tidak bisa dibendung lagi, teknologi juga sudah digenggaman setiap orang. Namun demikian kita harus back to basic yaitu keluarga. Jadi keluarga harus ditekankan sekali untuk membudayakan perilaku (literasi), agar mendarah daging pada generasi saat ini dan mendatang,” kata Dyah dalam seminar tersebut.
Dyah menerangkan, keluarga adalah ujung tombak pendidikan literasi di era digital. Lantaran membudayakan literasi itu, akan lebih melekat dan berkembang dengan baik, dalam kebiasaan yang dibentuk oleh sebuah keluarga itu sendiri.
Sebab itu, kata Dyah, literasi digital dalam keluarga harus lebih ditingkatkan, seperti kemampuan keluarga dalam menggunakan dan mengelola media digital secara bijak, cerdas, cermat, dan tepat. Supaya iklim komunikasi keluarga terpenuhi dan interaksi antar anggota keluarga akan berlangsung lebih harmonis.
Selain itu, Dyah merangkan, literasi bukan hanya tentang membaca dan menulis saja namun juga dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mencerna dan mengembangkan informasi untuk kemudian menjadi feedback komunikasi yang lebih baik. “Literasi menjadikan generasi lebih cerdas dan kritis,” kata Dyah.
Selain Bunda Literasi Aceh, seminar itu juga menghadirkan sejumlah pemateri yang merupakan tokoh literasi Aceh, yakni Dosen Fkip USK sekaligus tokoh literasi Aceh Herman RN, dan Ketua Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) Aceh Nazaruddin. Kepala Dinas Arsip dan Perpustakaan Aceh, Edy Yandra.