Pj Gubernur Aceh Achmad Marzuki dalam sambutannya yang diwakili Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh Almuniza Kamal menyampaikan Pameran Literasi Sejarah dan Budaya Aceh 2022 dapat menjadi sarana untuk menumbuhkan dan meningkatkan budaya literasi masyarakat Aceh terutama generasi muda di Tanah Rencong.
“Kemajuan teknologi yang semakin canggih memunculkan kekhawatiran kurangnya budaya literasi kepada generasi muda khususnya Aceh. Ini menjadi tugas kita bersama, terutama orang tua sebagai penanggung jawab bagi generasi bangsa,” sebut Achmad Marzuki melalui Almuniza Kamal.
Pj Gubernur Aceh menerangkan, tingkat literasi yang rendah adalah kondisi darurat yang harus diatasi oleh semua pihak yang bertanggung jawab dalam dunia pendidikan dan kebudayaan. Karena itu, Pemerintah Aceh melalui Disbudpar Aceh berkomitmen untuk terus meningkatkan budaya literasi di Aceh melalui berbagai kegiatan edukatif.
“Museum Aceh merupakan salah satu lembaga edukasi yang berfungsi menjaga warisan sejarah dan budaya, memiliki andil memberi edukasi kepada masyarakat Aceh dengan membuat kegiatan pameran literasi seperti hari ini,” sebut Almuniza Kamal.
Kadisbudpar Aceh menambahkan, dengan berliterasi akan membuka cakrawala berpikir yang luas bagi seseorang sehingga mampu meningkatkan SDM yang berkualitas.
“Semoga dengan terlaksananya Pameran Literasi Sejarah dan Budaya Aceh tahun 2022 oleh Museum Aceh ini dapat menumbuhkan minat membaca generasi kita sehingga budaya literasi akan melekat kepada masyarakat Aceh,” ujarnya.
Pembukaan Pameran Literasi Sejarah dan Budaya Aceh 2022 berlangsung meriah. Acara ini diawali dengan penampilan seni kolaborasi pembacaan puisi dan hikayat dari grup Seueng Samlakoe. Penampilan yang digawangi penghikayat Aceh Medya Hus ini mampu memukau seluruh tamu undangan yang terdiri dari lintas instansi, sekolah, dan lembaga.
Kepala Museum Aceh Mudha Farsyah menyampaikan, Pameran Literasi Sejarah dan Budaya Aceh 2022 dipusatkan di area terbuka Komplek Museum Aceh yang dikemas dalam serangkaian kegiatan yaitu pameran buku, bazar buku, kajian literasi, dan pembagian doorprize kepada pengunjung. Pameran ini terbuka gratis untuk umum mulai dari jam 9 pagi sampai jam 4 sore.
Dia menyebutkan ada 9 perpustakaan yang mengisi stand pameran buku sejarah dan budaya Aceh, yaitu Perpustakaan Museum Aceh, Perpustakaan Universitas Syiah Kuala, Perpustakaan UIN Ar-Raniry, Perpustakaan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh, Perpustakaan Badan Arsip Nasional (BAST - ANRI), Perpustakaan Museum Ali Hasjmy, Perpustakaan Lembaga Wali Nanggroe Aceh, Perpustakaan BPNB (Balai Pelestarian Nilai Budaya) Aceh, dan Perpustakaan MAA (Majelis Adat Aceh).