Banda Aceh – Lembaga Institute for Statistics and Socio-Ecological Development (ISSED) merilis elektabilitas pasangan calon wali kota dan calon wali kota Banda Aceh menjelang Pilkada 27 November. Hasilnya, pasangan Illiza Sa’aduddin Djamal-Afdhal Khalilullah mengungguli tiga pasangan lainnya.
Hasil survei Demokrasi dan Analisis Sentimen Publik Kota Banda Aceh dirilis ISSED dalam konferensi pers di Hotel Kyriad Muraya, Banda Aceh, Jumat (22/11/2024). ISSED menggelar dua kali survei yaitu sebelum pengumuman pasangan calon serta setelah penetapan yang dilakukan Komisi Independen Pemilihan (KIP) Banda Aceh.
Survei pertama dilakukan pada Juli 2024 di 80 desa dalam sembilan kecamatan di Kota Banda Aceh dengan jumlah sampel 1.155 orang. Margin of error survei 2,87 persen.
Sementara survei kedua digelar pada 11-18 November 2024 dengan jumlah sampel 900 orang. Sampel dipilih secara acak di 90 desa dalam sembilan kecamatan. Margin off error survei tersebut 3,26 persen.
Hasil survei diketahui elektabilitas Illiza berada dipuncak dengan pertanyaan ‘jika Pilkada dilaksanakan pada hari ini, siapa dari 4 paslon wali kota berikut Anda pilih?’. Berikut hasil survei berdasarkan nomor urut paslon:
1. Illiza Sa’aduddin Djamal-Afdhal Khalilullah: 46,78%
2. Zainal Arifin-Mulia Rahman: 4,33%
3. Aminullah Usman-Isnaini Husda: 13,56%
4. Teuku Irwan Djohan-Khairul Amal: 21,67%
Tidak menjawab: 13,67%
Sementara itu, elektabilitas calon wali kota tanpa pasangan yang dilakukan pada Juli juga menunjukkan Illiza lebih unggul dibandingkan tiga orang lainnya. Hasil survei itu adalah:
1. Illiza: 57,32%
2. –
3. Aminullah: 10,39%
4. Irwan Djohan: 26,84%
Tidak menjawab: 2,68%
“Ketika kita melakukan survei pada bulan Juli, kita belum memasukkan nama pak Zainal, tapi saat itu kita memasukkan nama pak pj wali kota Amiruddin,” kata Koordinator Survei ISSED, Nurfajri Aldi.
Sementara ketika dilakukan survei November, elektabilitas calon wali kota adalah:
1. Illiza: 46,78%
2. Zainal Arifin: 4,33%
3. Aminullah: 13,56%
4. Irwan: 21,68%
Tidak menjawab: 13,67%
Menurutnya, 17 persen pemilih mengaku pernah mengubah pilihannya sejak diumumkan pasangan calon. Mereka kebanyakan mengubah sekali dan ada juga pemilih mengaku mengubah lebih dari dua kali.
“Alasan mereka mengubah pilihannya di antaranya karena ketidaksesuaian visi misi (51,33 persen), paslon terlibat dalam kasus tertentu (37,11), kecakapan dalam debat (27,44 persen), dan beberapa alasan lainnya,” jelasnya.
Sumber : Slagi. Id